Friday, April 3, 2009

Daging dan Pembantaian

"Jika seseorang tidak merugikan makhluk hidup manapun serta tidak membunuh atau menyebabkan yang lainnya membunuh, orang tersebut adalah praktisi spiritual sejati."
-Buddha (Dhammapada)

Bersama dengan beberpa sahabat Buddhis, kami berjumpa secara tidak disengaja dengan kelompok sahabat Buddhis lainnya di sebuah restoran sushi. Restoran yang memiliki ban pengangkut berputar, dengan hidangan tersedia di atasnya, dimana anda dapat mengambil sendiri. Rombongan yang bersama saya memutuskan untuk makan malam di sana, bukan untuk sashimi atau sejenisnya, tetapi untuk mencoba menu sampingannya yang terdiri dari sekitar 30 sajian baru vegetarian.

Setelah makan, kami berkunjung untuk bercakap-cakap dengan kelompok lainnya. Berasumsi mereks ada di sana untuk juga mencoba makanan vegetarian, saya terkejut karena ternyata tidak demikian. Mereka tidak mengetahui adanya menu vegetarian. Tidak juga tertarik ketika diberitahukan mengenai itu. Salah satu dari mereka menyatakan bahwa meskipun ia tidak vegetarian. Ia hanya makan "daging bersih" kemungkinan di restoran ini juga.

Buddha pernah mengajarkan, "Para Bhikkhu, aku mengijinkan kalian ikan dan daging yang cukup bersih dalam tiga syarat: apabila mereka tidak dilihat, didengar, atau dicurigai telah dibunuh dengan tujuan untuk seorang bhikkhu. "Daging Bersih" mengacu pada daging yang memenuhi tiga kondisi ini. Tetapi apakah sahabat saya makan "Daging Bersih"? Memang benar bahwa ia tidak pernah melihat atau mendengar hewan apapun dibunuh untuknya. Tetapi apakah ia tidak mencurigainya sekecil apapun?

Terdapat persepsi keliru yang tersebar luas bahwa daging yang dibeli di supermarket dan restoran ( selain dari yang dibunuh untuk dimasak atas permintaan ) adalah " Daging Bersih" untuk konsumen secara acak, diasumsikan tidak berhubungan dengan kematian binatang. Apakah konsumen benar-benar bebas dari keterlibatan? Pasar untuk daging terbentuk oleh sebagian besar dari konsumen "acak" tetapi rutin ini. Hal ini cukup untuk mendukung peternakan yang kejam serta pembantaian jutaan hewan setiap harinya. Tidak ada yang acak di sini.

Kita mungkin tidak melihat atau mendengar hewan dibunuh khusus untuk kita, tetapi bagaimana kita bahkan tidak mencurigai bahwa apa yang kita beli ditujukan bukan untuk siapa-siapa selain kita, yang terus-menerus menginginkan persediaannya?
Kita semua ikut serta, secara langsung ataupun tidak langsung. Pada saat pembelian berkurang atau berhenti, pembantaian akan berkurang atau berhenti. Ilmu ekonomi dasar, Jika kita tidak menjadi bagian dalam solusinya, kita sangatlah mungkin menjadi bagian dari masalah itu.

"Daging Bersih" ada mungkin hanya sebagai makanan persembahan yang diterima tanpa pilih-pilih. Kutipan ajarang tentang "Daging Bersih" adalah jelas untuk bhikkhu yang mengumpulkan persembahan makanan (pindapata), dan bukan untuk konsumen modern. Kalau para bhikkhu dahulu tidak bisa memilih, sekarang kita bisa. Sekarang ini tersu bertambah banyak Buddhis yang mengetahui sensibilitas dari mempersembahkan makanan vegetarian. Bahkan para bhikkhu juga menyarankan hal ini.

"Daging Bersih" tidak ditemukan dengan "tanpa pilih-pilih" memungut sajian daging dari ban pengangkut. Daging tidak secara ajain muncul tanpa sebab. Terdapat pengaruh dari persediaan, yang disebabkan oleh permintaan individual maupun kolektif. Semakin banyak daing yang dipungut dari ban, semakin banyak mereka akan ditambah lagi. Di Luar dapur, "ban pengangkut" membentang secara tidak terlihat, terkait dengan hewan dibantai untuk memenuhi permintaan. "Tersangka" umum yang mengkondisikan kematian mereka adalah para konsumen. Tidak ada perkecualian. Seperti ban di restoran, ban pengangkut dari persediaan dan permintaan terus berputar, sebagai cerminan sebab dan akibat.

Penyakit-penyakit akibat makan daging ternyata sangatlah banyak (lihat http://www.moonpointer.com/vege/10.htm). Secara umum lebih merugikan daripada membantu untuk kesehatan pribadi. Hal ini merusak kesejahteraan hewan-hewan yang tidak terhitung jumlahnya, yang menghadapi ketakutan atas penyiksaan dan pembantaian. Hal ini menguras habis sumber daya bumi, pada saat yang sama ikut serta dalam bencana lingkungan. Hal ini menjadikan tanaman panen sebagai makanan ternak untuk menghasilkan daging bagi orang-orang kaya, sementara yang miskin kelaparan. Dan kita bahkan belum menyentuh pertimbangan religius apapun untuk vegetarianisme! Akal sehat sudah cukup.

Tolong makan lebih sedikit hewan, kalau bisa tidak sama sekali. Atas nama hewan-hewan yang tidak bersuara, saya berharap hal ini memberikan sedikit "makanan" bergizi untuk batin.

Judul Asli: The Invisible Conveyor of Meat & Murder

Penerjemah: Dayapala Steven
“ Monks, a lay follower should not engage in fice types of business. Which five? Business in weapons, business in human beings, business in meat, business in intoxicants, and business in poison. “
Anguttara Nikaya 5.177

“ He should not kill a living being, nor cause it to be killed, nor shoule he incite another to kill. Do not injure any being, either strong or weak, in the world.”
Khuddaka Nikaya, Sutta Nipata, Dhammika Sutta

Wahai para biksu, seorang perumahtangga tidak boleh berbisnis lima hal berikut: senjata, manusia, daging, minuman keras, dan racun.
Anguttara Nikaya 5.177

Ia tidak boleh membunuh makhluk hidup, atau menyebabkannya terbunuh, atau membuat orang lain membunuhnya. Jangan menyakiti makhluk lain, baik yang kuat maupun yang lemah di dunia.
Khuddaka Nikaya, Sutta Nipata, Dhammika Sutta

No comments: